Skip to content Skip to sidebar Skip to footer

Cerita Seorang Guru Stress Kepada Admin Semangkok Pemikiran Sudra

Ada seorang guru stress bercerita kepada admin Semangkok Pemikiran Sudra. Begini ceritanya:

"Halo apa kabar anda hari ini? Saya berharap anda semua sehat selalu. Baik itu sehat jasmani dan sehat rohani. Izinkan pada kesempatan kali ini saya membagikan cerita mengenai kejadian dan perasaan saya hari ini. Semoga anda berkenan untuk membaca cerita ini sampai kata terakhir.

Cerita guru stress

Hari ini saya merasa sangat jengkel. Di sekolah saya diadakan beberapa lomba untuk memperingati sebuah hari yang sangat penting dan bersejarah. Anak-anak sudah diberi pemberitahuan mengenai adanya lomba ini dan mereka juga sudah membawa peralatan yang akan digunakan untuk lomba. 

Yang membuat hati saya jengkel adalah banyak sekali teman-teman guru saya yang sepertinya tidak peduli dengan acara lomba ini. Kebanyakan dari mereka berpendapat bahwa tugas utama seorang guru adalah mengajar di ruang kelas. 

Pendapat ini tentu saja tidak salah, namun apabila terjadi pada saat hari-hari tidak diisi dengan proses pembelajaran di dalam ruang kelas maka sepatutnya para guru tersebut juga berperan aktif dalam kegiatan yang sedang dilaksanakan.

Karena mereka berprinsip bahwa tugas utama guru adalah mengajar di ruang kelas maka kegiatan perlombaan seperti ini sama sekali tidak mendapat perhatian dari mereka. Sebenarnya saya ingin mengatakan bahwa pada dasarnya mereka adalah kumpulan para guru yang malas. Menurut saya ini adalah kesalahan fatal yang dilakukan guru.

Dalam rutinitas sehari-hari saja, misalnya mengajar di ruang kelas sesuai jadwal mereka juga tidak sepenuhnya tepat waktu. Jika mereka tidak terlambat sampai di sekolah mereka juga akan terlambat ketika masuk ke ruang kelas dimana dia harus mengajar di hari tersebut. Alasan mereka cukup banyak, misalnya mereka menganggap para murid tidak bersemangat dalam mengikuti pelajaran. Ini dibuktikan dengan banyaknya para murid yang masih berada di luar ruang kelas. 

Mereka enggan masuk ke dalam ruang kelas meskipun saat itu bukan jam istirahat. Jadi guru-guru tersebut beralasan mereka baru masuk ke ruang kelas jika muridnya sudah bersiap diri di dalam ruang kelas. 

Perlu juga anda ketahui bahwa murid-murid yang belajar di sekolah saya memang murid-murid yang berasal dari keluarga tidak terpelajar dan kebanyakan mereka dalam kondisi miskin. 

Yang saya maksud keluarga tidak terpelajar adalah orang tua mereka tidak menempuh pendidikan yang cukup tinggi. Jika tidak hanya lulus sekolah dasar mereka adalah lulusan sekolah menengah pertama saja. 

Beberapa kali saya mengunjungi rumah-rumah murid saya dan saya merasa miris melihat kondisi rumah mereka dan merasa prihatin ketika saya melakukan percakapan dengan orang tua mereka. Pada intinya orang tua mereka memang tidak mempunyai keinginan untuk menyekolahkan anak mereka sampai jenjang setinggi-tingginya.

Alasan mereka tentu saja paling utama adalah alasan biaya kemudian mereka berpikir untuk apa sekolah sampai tingkat tertinggi kalau ternyata tidak ada gunanya.

Mereka memberikan beberapa contoh kepada saya bahwa mereka melihat sendiri banyak para sarjana yang tidak mempunyai pekerjaan atau banyak para sarjana yang bekerja tidak sesuai dengan kompetensinya. Artinya seandainya mereka tidak sarjana pun mereka masih bisa bekerja di pekerjaan tersebut.

Ketika berkunjung ke rumah-rumah murid saya saya merasa bahwa keadaan rumah tersebut memang sangat kurang mendukung dalam proses belajar siswa di rumah. Rumah kebanyakan tidak layak huni dan berantakan di sana-sini. Saya tidak melihat murid saya mempunyai kamar sendiri, tak ada meja belajar dan rak tempat menyimpan buku-buku pelajaran mereka. 

Rumah dengan kondisi seperti ini tentu saja tidak merangsang siswa untuk belajar saat di rumah.

Alasan-alasan seperti inilah yang digunakan oleh teman-teman guru saya sebagai pembenaran atas kemalasan mereka. Apalagi saat ini kegiatan yang berlangsung di sekolah kami bukan kegiatan belajar mengajar tetapi berupa beberapa perlombaan yang harus diikuti oleh para murid. 

Saya merasa sangat lelah membantu proses berlangsungnya perlombaan-perlombaan tersebut. Mulai dari merayu siswa agar bersedia mengikuti semua jenis lomba kemudian saya berusaha memeriahkan jalannya perlombaan, menjadi juri, menjadi komentator perlombaan sekaligus menerangkan aturan permainan dalam perlombaan-perlombaan tersebut.

Apa yang bisa dilakukan oleh guru-guru tersebut untuk membantu agar perlombaan bisa berlangsung meriah dan tidak hanya beberapa guru saja yang harus pontang-panting?

Banyak sebenarnya, misalnya mereka membantu mengajak siswa, menyadarkan para siswa agar bersedia berpartisipasi dalam perlombaan. Apalagi jika guru tersebut juga berstatus sebagai wali kelas maka mereka bisa mengajak murid-murid di kelasnya untuk berani dan percaya diri mengikuti perlombaan.

Lalu apa yang dilakukan oleh teman-teman guru saya tersebut yang membuat saya jengkel dan tidak mengerti? Mereka hanya duduk, mengobrol dan memainkan telepon seluler mereka. Seolah-olah di depan mereka tidak ada kegiatan apa-apa. 

Demikian juga ketika mereka ditunjuk sebagai wasit atau juri dalam sebuah perlombaan. Juga saat diminta bertanggung jawab pada sebuah kegiatan sekolah. Mereka selalu mengatakan bahwa mereka tidak bisa dan terlalu banyak mengajukan pertanyaan, Bagaimana ini, ini bagaimana, terus apalagi? Saya tidak mengerti bagaimana guru yang seperti ini bisa menimbulkan minat dan bisa mengubah cara berpikir para murid-murid mereka 

Mungkin anda tidak percaya dengan cerita saya ini, tetapi anda harus mempercayainya. Karena cerita ini memang benar dan saya tidak melebihi lebihkan. Mungkin anda juga bertanya kenapa hal ini bisa terjadi. Untuk pertanyaan tersebut saya bisa menjawabnya dengan penjelasan di bawah ini. 

Jumlah guru di sekolah kami 12 guru. Dari 12 guru tersebut yang bisa dikatakan sebagai guru aktif hanya 4 orang. Dua orang adalah pegawai negeri dan satu orang wakil kepala sekolah bidang kesiswaan dan satu orang guru perempuan muda yang masih mempunyai rasa tenggang rasa yang tinggi.

Di luar itu semua rekan-rekan guru saya bisa dikatakan tidak peduli dengan kegiatan-kegiatan selain kegiatan belajar mengajar di ruang kelas. Mereka adalah para guru yang sudah tua, kepala sekolah guru-guru yang mempunyai masalah berat dalam hal keuangan rumah tangga, guru-guru perempuan yang mempunyai anak kecil dan guru-guru lain yang memang tidak peduli dengan sekolah tempat di mana dia mengajar.

Hal ini tidak terjadi di sekolah-sekolah besar di mana jumlah gurunya sekitar 30 sampai 45 guru. Saat ada kegiatan-kegiatan di luar kegiatan belajar mengajar maka dibentuk panitia yang akan bertanggung jawab dan mengurusi kegiatan tersebut, misalnya kegiatan perlombaan-perlombaan ini tidak. Jadi yang bertanggung jawab dan yang bekerja keras memang panitia tersebut. 

Panitia setidaknya berisi 10 orang. Jka jumlah guru 40 dan jumlah panitia 10 maka 30 guru yang lain memang tidak apa-apa jika tidak ikut terlibat dalam sebuah kegiatan. Kalaupun guru yang bukan panitia hadir mereka hanya menghadiri saja jika ingin membantu hanya membantu sekedarnya saja. 

Sebenarnya rasa jengkel saya tidak hanya muncul hari ini ketika ada kegiatan yang berisi lomba-lomba tersebut, tapi hampir di setiap kegiatan misalnya kemah, study tour, perpisahan dan lain-lain saya memang merasa sangat lelah.

Saya merasa saya terlalu banyak mencurahkan pikiran dan energi saya pada kegiatan-kegiatan tersebut. Sementara guru-guru yang saya maksud di atas sikapnya tidak terlalu berbeda apalagi jika kegiatan itu mengharuskan kita bermalam di suatu tempat misalnya di sekolah atau di lokasi perkemahan. Maka akan banyak guru yang mengeluarkan alasan-alasan mereka sehingga mereka tidak hadir atau tidak menemani kami dalam menjaga dan membimbing para murid.

Lalu kapan ini akan berakhir?

Saya tidak tahu. Kenapa saya tidak bersikap seperti mereka saja, supaya saya tidak merasa kelelahan sendiri? Sepertinya saya tidak bisa melakukan itu karena jika saya berubah menjadi malas seperti guru-guru yang saya maksud, lalu siapa lagi yang dengan sukarela mau mensukseskan kegiatan-kegiatan yang dilakukan oleh sekolah.

Demikian cerita saya mengenai kegiatan atau kejadian yang saya alami hari ini dan bagaimana perasaan saya menjadi guru yang sudah mengabdi selama kurun waktu yang cukup lama. Semoga anda menyukai cerita saya. Semoga cerita ini bisa memberi inspirasi dan semoga anda berkenan untuk membagikan cerita ini kepada siapapun utamanya kepada sesama teman-teman guru dan para murid".

Anda baru saja membaca cerita seorang guru stress kepada admin Semangkok Pemikiran Sudra. Semoga anda tidak ikut stress dan selalu sehat batin dan lahir.

Post a Comment for "Cerita Seorang Guru Stress Kepada Admin Semangkok Pemikiran Sudra"